Lomba Cipta Puisi Nasional
Tanjungsari (SMAN 1 Tanjungsari), 21 Februari 2021 - Siswi SMA Negeri 1 Tanjungsari atas nama Laelasari dari kelas XI MIPA 1 telah meraih piagam penghargaan dan masuk 10 besar dalam perlombaan Cipta Puisi Nasional yang diadakan oleh Indonesia Poet Idol.
Lomba Cipta Puisi Nasional ini diikuti oleh siswa/siswi dari berbagai provinsi di Indonesia, sekitar 340 peserta mengikuti perlombaan ini. Tujuan diadakannya kegiatan ini yaitu dalam ajang pencarian bakat puisi dan mengembangkannya.
Lomba Cipta Puisi Nasional ini diadakan di bulan Juli 2020 s.d. Februari 2021. Lomba ini memiliki beberapa tahap, dari tahap 100 besar, 50 besar, 25 besar hingga 10 besar.
Menurut Laelasari tahap 25 besar adalah tahap tersulit.
"Tahap 25 besar udah ketat banget! Setiap peserta dimasukin ke dalam group yang isinya dewan juri. Di tahap ini pokoknya pahit manisnya lomba."
Tetapi Laelasari perwakilan dari SMA Negeri 1 Tanjungsari berhasil masuk 10 besar dan meraih piagam penghargaan. Berikut beberapa puisi karya Laelasari :
Kontroversi Negeri
Era reformasi menyingkap kontroversi
Negeri memberontak taktahu letak
Kekisruhan menjamah tiap inci kehidupan
Mengulik kisah pelik
Dilema negeri kian menjadi duri
Bukan negeri indah jika tak dirundung masalah
Bukan bangsa pluralis jika tak mencipta tangis
Aduhai!
Duduk bersila dengan menyicip cuan negara
Demoralisasi menutup kaum berdasi
Hutang jangan hanya ditabung
Luka negeri malah menjadi-jadi
Pendidikan dilemahkan kemalasan
Budaya membaca jadi olokan semata
Kemunduran mental berakhir kejumudan
Bukankah inflasi memasung deflasi jika tak dipikir lagi?
Keadilan raib hanya dengan jabatan
Kelas bawah menatap pasrah
Perebutan takhta demi nafsu belaka
Karya tulis hirap tanpa diharap
Plagiat menggiat menari di atas materi
Ada apa dengan negeriku ini?
Malu saat dikoreksi
Membusung dada saat dipuja
Bencana datang silih berganti jadikanlah bahan muhasabah diri
Laelasari
Lailah makna nama yang mendukung
Aku kini bagai gadis bersampul masygul
Elok cita lagi ceria dahulu, kata Papa
Lelaki amat berjasa pada keluarga
Angan untuk bersapa kembali terasa
Saban hari bak disayat sembilu
Aksara jadi pelarian selepas kepergiannya
Rasa sayang hilang hingga menahun meraban tangisan
Inginku dilindungi nahas malah ditinggal pergi
Satu Suro atau Satu Sura?
Ingat malam keramat
Lupa 17 rakaat
Keris dimandikan
Badanmu kapan?
Berdiam di rumah
Musala sepi bagaimana?
Malam membisu
Padahal di hati terganggu
Loh, kudu piye?
Tuhan mana tahan!
Balada Cinta Sahabat
Setengah dasawarsa sudah membungkam rasa
Menuguri satu ungkapan yang takmungkin kejadian
Menyemai rasa, lalu mengarik cinta nan amerta
Meloka gerak-geriknya di setiap jalan kehidupan
Daku sulit mengartikan sebuah perasaan
Sosok bendu yang takmungkin jadi satu
Menjadikan berbagai keraguan bahkan beribu pertanyaan
Harus kah ada pengungkapan agar lebih dari persahabatan?
Bentala yang fana sanggup menyimpan satu cinta anak manusia
Membenamkan banyak rindu yang kini makin candu
Memeluk dalam doa lalu menyiratkan pada untaian aksara adalah caraku memilikinya
Mengingat tahun kian berlalu tak membuatku terpikat orang baru
Rasa ini malah semakin tak menentu
Penyekat di antara kami pun rasanya tak ingin roboh
Banyak rindu yang hanya menyisip dalam kalbu
Asmaraloka seakan tengah berseloroh, pada cintaku yang amat kokoh
Seiring waktu, banyak hati melabuh padanya
Diam-diam kumenahan cemburu, bendu...
Mencak-mencak pada rasa yang hanya bisa kusimpan saja
Jika diungkapkan akan membuatku malu
Bahkan, persahabatan bisa putus karena hal itu
Memendam sendiri bak dihujam belati berkali-kali
Banyak lara, kecewa, cinta dan rindu memuntal jadi satu
Banyak hal yang terjadi lantas kubiarkan berjalan sendiri
Dalam kesunyian, angan untuk melupakan hanya jadi bahan perencanaan
Persahabatan jadi bukti bahwa takdir takmungkin mempersatukan
Rasanya, butuh waktu untuk menginisiasi diri kembali
Lalu, butuh kamu untuk meredakan masalah hati
Hanya saja, menikmati alur lebih dari kata bersyukur
Berdamai dengan hati lalu mencoba mengikhlaskan lagi dan ... lagi