BERAS MERAH MEMBAWA BERKAH
Luki Adam Bahtiar, S.Pd, M.Pd.
Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Tanjungsari Kab. Bogor
Sudah menjadi rahasia umum jika dalam Kurikulum Paradigma Baru atau Kurikulum Merdeka itu lebih menekankan pada pembelajaran yang berbasis proyek (Project Based Learning). Hal tersebut bertujuan untuk mendukung pengembangan soft skills dan karakter yang sesuai dengan profil pelajar pancasila (iman, taqwa, dan akhlak mulia, gotong royong, kebinekaan global, kemandirian, nalar kritis, dan kreativitas).
Selain itu, pembelajaran berbasis proyek ini dianggap penting karena memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar melalui pengalaman (experiential learning) secara langsung. Dalam prosesnya pun, sekolah diberikan keleluasaan dan kemerdekaan untuk memberikan proyek-proyek pembelajaran yang relevan dan dekat dengan lingkungan sekolah. Oleh karena itu, setiap sekolah atau guru mempunyai kesempatan untuk mengembangkan proyek-proyek yang sesuai dengan konteks (budaya, misi sekolah, lingkungan lokal) dan kebutuhan siswa.
Bagi sekolah-sekolah yang sudah menerapkan Kurikulum Merdeka ini, 20%-30% jam pelajaran digunakan untuk pengembangan karakter Profil Pelajar Pancasila melalui pembelajaran berbasis proyek dalam satu tahun. Hal tersebut berarti sekolah melaksanakan pembelajaran berbasis proyek minimal 3 proyek dalam satu tahun ajaran.
Proyek-proyek tersebut pun harus sesuai dengan tema yang sudah dipilihkan oleh pemerintah, yaitu perubahan iklim global, kearifan lokal, Bhineka Tunggal Ika, Bangunlah Jiwa dan Raganya, Suara Demokrasi, Berekayasa dan Berteknologi untuk Membangun NKRI, dan Kewirausahaan. Untuk tingkat SMP, SMA, dan SMK wajib memilih minimal 3 tema per tahun dan mengembangkannya untuk setiap kelas/angkatan.
Untuk menyikapi dan mempersiapkan diterapkannya Kurikulum Merdeka ini, maka SMAN 1 Tanjungsari memiliki rencana untuk mencoba melakukan sebuah pembelajaran berbasis proyek dengan memilih tema Kewirausahaan. Jenis kewirausahaan SMAN 1 Tanjungsari mengangkat kearifan lokal yang bertujuan untuk membantu para petani memasarkan beras merah kualitas terbaik, dan dikemas secara menarik. Dengan menerapkan metode pembelajaran berbasis proyek ini, para peserta didik mendapatkan pengalaman belajar yang terintegrasi dari beberapa mata pelajaran, diantaranya:
1. Ilmu marketing, manajemen, pembukuan/membuat laporan keuangan, (Ekonomi/Akuntansi, Matematika).
2. Aplikasi marketing on-line, desain kemasan, cetak sablon (TIK, Prakarya dan Kewirausahaan).
3. Penelitian nilai gizi dan cara penanaman padi, sehingga menghasilkan kualitas terbaik (Biologi, Kimia, Geografi) rencana kerjasama dengan IPB/LIPI.
4. Menumbuhkan jiwa entrepreneur, sikap sosial, kejujuran, dan kerja sama sejak dini kepada peserta didik (Pend. Agama dan Budi Pekerti/PPKn/PJOK).
5. Perayaan hasil panen, budaya tradisi (Seni Budaya, Bahasa Sunda).
6. Konsep pengukuran dan ketelitian dalam pengukuran (Fisika).
7. Membuat laporan karya ilmiah, teks prosedur (B.Indonesia/Bahasa Inggris).
Dengan adanya perencanaan pembelajaran berbasis proyek mengenai pemasaran beras merah tersebut, diharapkan semua pihak yang terlibat, baik guru, siswa, sekolah maupun masyarakat setempat dapat membangun kerja sama, kepercayaan, gotong royong, tanggung jawab, dan mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki agar lebih baik serta nilai manfaat yang lebih luas.